Komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan (HAK) Rayon Wonogiri Gelar Temu Kebatinan Katolik

 

Sebagian peserta TEBAT foto bersama dengan nara sumber dan romo paroki St Yusup Baturetno wonogiri. Minggu (27/11/22)


 

Kasihinfo.com Wonogiri - Komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan ( HAK ) Rayon Wonogiri mengadakan temu kebatinan katolik ( TEBAT ) di Gereja Paroki St Yusup Baturetno Wonogiri, Jawa Tengah, Minggu,(27/11/22).

 

Kegiatan dihadiri 120 peserta, yang terdiri dari umat katolik paroki Baturetno, Danan, Wonogiri, bahkan dihadiri dari luar kota seperti umat paroki Gondang, GMA Klaten, Solo, Sragen, Sukoharjo, dan Yogya.

 

Ketua penyelenggara Tebat, Stephanus Suroto yang juga Ketua HAK rayon Wonogiri, menjelaskan kegiatan Tebat ini sebagai upaya yang dilakukan HAK Kevikepan Surakarta rayon Wonogiri  dengan mengambil tema “MANUNGGALING KAWULO GUSTI” untuk mengenalkan budaya jawa yang dicampur dengan ajaran agama katolik,  mencari solusi terbaik, sebabnya agama katolik ini bisa diminati oleh budaya jawa.  Larasing tripito cipto karono adalah laras bagaimana sujud marang Gusti, manembah marang Gusti, ngormati sak podo-podo, ngormati bumi.

 

“ Harapannya terutama  peserta bagaimana bisa benar benar mendalami sebagai seorang katolik, bagaimana kita menjalankan perintah perintah dari Allah, sesuai dengan injil,  kita srawung dengan agama lain tidak canggung, dan kegiatan Tebat bisa terus dilakukan secara rutin sehingga terjalin hubungan yang harmonis,” ungkap Suroto.

 

Sedangkan  KH.  Ahmad Nurhadi Syafi'i yang masih aktif di MUI Wonogiri  menjelaskan perspektif islam terhadap manunggaling Gusti.  Tuhan dan manusia memiliki dua sisi ruhaniyah. Sisi Kemanusiaan ( nasutiyah ), dan sisi Ketuhanan ( lahutiyah ). Manusia dan Tuhan kembali pada situasi primodialnya ; orang jawa menyebutnya manunggaling kawulo Gusti, Gustine kawulo , kawulane Gusti. Wallahu A'lam. Manunggaling kawulo lan Gusti, akan dicapai  oleh manusia yang sempurna.  Yaitu manusia yang segala tindak laku dan perbuatannya mencerminkan perbuatan TUHAN.

 

ia menambahkan, tujuan perspektif Islam, mengenalkan bahwa keberagaman agama dirangkum menjadi satu.  Intinya agama yang di indonesia itu adalah agama kita, kemudian bersaudara antara Kristen, Katolik, Hindu dan Budha itu adalah saudara kita. Secara sosial kita berasal dari Adam dan Hawa meskipun sudah berbeda agama adat  dan istiadat kepercayaan yang terpencar sedemikian luasnya. Jadi tidak ada pemisahan yang memisah.

 

“ Harapannya Merajut kebersamaan sangat luar biasa, semoga ini tidak terakhir dan masih ada kesinambungan untuk bersama sama dengan kita.  Peserta dan masyarakat umum hendaknya juga bisa memahami pluralisme agama, agar pemahaman agama itu benar benar dilaksanakan dalam kesehariannya. Aktualisasi di dalam bermasyarakat  beragama, sehingga mengharapkan dengan lintas agama ini akan wujud Kebhinekaan  indonesia kita yang aman bersama semua.  Jadi islam tidak monopoli bahwa indonesia tidak harus agama islam, karena indonesia punya Bhineka Tunggal Ika,” Ungkapnya KH. Ahmad Nurhadi Syafi'i pengasuh pondok pesantren di selogiri wonogiri, Dai kamtibmas polres, dan juga sebagai Bintal kodim. 

 

 


 

Romo Martinus Joko Lelono dari yogyakarta  menjelaskan, tentang manunggaling kawulo Gusti itu sebuah tradisi pemikiran tentang KeTUHANan dalam konteks jawa yang sering kali dihubungkan juga dengan Islam, karena Islam lebih dulu merefleksikan imannya dalam konteks mistik jawa. Utamanya mempelajari mencoba menyadari kedalaman iman di dalam konteks tradisi budaya setempat.  Didalam katolik yang salah satunya dalam buku " Puri Batin" diajarkan oleh  Santa Theresia dari Avilia juga ada jalan mistik.   Seperti diungkapkan Tom Yakob SJ. menyebutkan tentang bahwa setiap manusia memiliki rohani masing- masing. 

 

“ Bahwa kita itu beragama belum tentu berTUHAN, artinya TUHAN itu harus dicari dalam pencarian batin oleh masing-masing pribadi.   Saya  berharap semoga pertemuan ini boleh menjadi kesempatan bagi umat untuk menyadari kembali pentingnya pengolahan rohani untuk menemukan kedekatan dengan TUHAN. Jadi tidak serta merta hanya mengikuti Liturgi, Ibadat saja, tetapi juga mencarinya dalam proses olah rohani pribadi,” pesan Romo Joko.

 

perlu diketahui, Temu kebatinan katolik (TEBAT) sudah lama diadakan oleh Komisi Hubungan Antar Agama dan  Kepercayaan (HAK) Keuskupan Agung Semarang,  sejak tahun 1997. Tebat dulu sering diadakan di kafe EVA dan juga di tempat lain di goa  ambarawa. Kemudian dikembangkan di setiap kevikepan bahkan saat ini kevikepan di tingkat rayon. Kegiatan Tebat kali ini berlangsung dengan lancar, aman serta sesekali diselingi alunan lagu-lagu religius  dari kesenian karawitan  umat saloko Wonogiri. ( Ben neo )

 

 

أحدث أقدم