Laku Badhar Giyanti, 2 warga Klaten jalan kaki puluhan KM

Iwan purwoko(kiri) agung bakar (kanan) saat melakukan prosesi akhir di titik nol km Klaten, setelah berjalan puluhan KM (laku Badhar Giyanti). Selasa, 28/07/2020.

Kasihinfo.com Klaten - Bertepatan dengan hari jadi kabupaten klaten yang ke 216, 2 warga klaten melakukan perjalanan spiritual laku badhar giyanti dengan menempuh puluhan km menuju titik nol km kota klaten. perjalanan dimulai senin malam, dan sampai di titik nol pukul 9 pagi.
Proses awal laku spiritual badhar giyanti dengan jalan kaki menempuh jarak puluhan km menuju titik nol km kota klaten dilakukan 2 warga . satu warga yaitu Agung bakar mengambil star dari keraton kartasura,  sukoharjo, pukul 19.30 wib, sedangkan iwan purwoko mengambil star dari makam raja jawa kota gedhe yogyakarta pukul 20.00 wib senin malam. walaupun pejalanan keduanya sempat beberapa kali berhenti,  namun selasa pagi sudah memasuki kota klaten untuk menuju ke titik nol km yang tepatnya berada di kampung kanjengan,  kelurahan bareng,  klaten tengah, klaten.
Menurut panitia laku badhar giyanti, Muhammad ansori mengataka,  kegiatan laku badhar sendiri dilakukan oleh warga klaten yang tergabung dalam sedulur peduli klaten. mereka ingin memberikan sesuatu bagi kabupaten klaten, yang dirangkum dalam acara bertajuk “bali nyawiji” . laku badar giyanti yakni sebuah upaya membadarkan perjanjian giyanti yang sudah terbangun sejak tahun 1755.
“ semangat yang ingin kami bangun yaitu /badhar giyanti adalah sebuah penolakan, perlawanan, isi , efek dan akibat dari adanya perjanjian giyanti, yang membuat terpecahnya mataram jawa.  laku badar giyanti yang dilakukan bertepatan dengan hut ke-216 klaten ini dengan satu tujuan , “bali nyawiji” atau kembali bersatu, untuk mengembalikan kesatuan jawa mataram, yaitu jogja, solo dan klaten “ kata Ansori.

Sesuai dengan sejarah , badhar giyanti merupakan pada jaman dulu atas ide licik koloni , pada saat itu penjajahan belanda, memecah belah jawa, sebagai pusat kekuatan nasioanal indonesia saat itu, dengan berbagai strategi salah satunya perjanjian giyanti .
Sesampai di titik nol km, iwan purwoko memberikan kain putih dan air yang dibawa dari Yogyakarta, begitu pula agung bakar juga memberikan kain berwarna merah beserta air yang dibawa dari kartasura. kemudian air dijadikan satu untuk membasahi prasasti titik nol km klaten,  kemudian kain merah dan putih di jahit untuk dijadikan bendera merah putih.(h-d)

Lebih baru Lebih lama