Unik, Warga Solo Gelar Halal Bihalal Di Gang Buntu



 

Kasihinfo.com Solo - Hari Raya Idul Fitri selalu diiringi dengan tradisi halal bihalal. Dalam tradisi ini tiap orang akan bersalam-salaman dan bermaaf-maafan. Umumnya, halal bihalal dilakukan dengan bersilaturahmi ke rumah saudara, kerabat, dan tetangga. 


Namun ada juga yang melakukan tradisi halal bihalal dengan berkumpul dalam satu tempat kemudian saling bermaaf-maafan. Seperti yang dilakukan warga Kampung Norowangsan RT 04 RW 13, Kelurahan Pajang, Kecamatan Laweyan, Kota Solo.


Warga menggelar tradisi halal bihalal dengan berkumpul di gang buntu. Setidaknya ada sekitar 11 Kepala Keluarga (KK) mengikuti tradisi turun temurun ini. Setiap KK membawa makanan dan kemudian disatukan dengan makanan yang dibawa KK yang lain.


Ketua RT setempat, Arif Sodiqin mengatakan, tradisi halal bihalal di gang buntu ini telah berjalan tiga kali. Melalui tradisi ini, antar tetangga saling bertemu untuk bersalam-salaman dan bermaaf-maafan.


"Dari tradisi ini kemudian mengetahui perkembangan informasi sehingga bisa terjalin kekeluargaan. Di gang ini ada sekitar 11 KK. Setiap KK membawa makanan," ujarnya, Sabtu (22/4/2023).


Sementara itu, sesepuh yang sekaligus pencetus ide halal bihalal di gang buntu, Triyono, mengatakan, ide awal tradisi halal bihalal di gang buntu muncul ketika Pandemi Covid-19. Selain itu, posisi rumah warga yang tidak sejajar, ada yang di atas dan ada juga yang di bawah.

 

"Muncul ide awal tradisi ini saat pandemi, selain itu posisi rumah di sini ada yang diatas dan ada yang dibawah. Jadi yang tua-tua itu kebanyakan di atas. Dan itu antrenya (saat halal bihalal) terlalu panjang. Lalu alangkah baiknya enaknya dibikin dibawah dan semua dikumpulkan. Nah itu idenya," ujarnya. 


Ia bersyukur, tradisi halal bihalal di gang buntu telah berjalan tiga tahun. Diharapkan tradisi ini akan terus ada sehingga menambah rasa kekeluargaan dan gotong royong antara warga.


"Alhamdulillah sudah berlangsung tiga tahun ini. Insyaallah kedepan akan semakin baik. Gang buntu ini adalah ibaratnya kita itu keluarga. Kalau kita butuh pasti butuh tetangga yang dekat. Jadi harapan kami ya kita kompak. Kita itu sedulur yang tidak membeda-bedakan agama, ekonomi dan lainnya," imbuhnya.

Lebih baru Lebih lama